Kamis, 14 Mei 2009

Analisis Bahasa Kampanye SBY

SENJATA PAMUNGKAS SBY DALAM MENJAWAB KRITIK PESAINGNYA
Oleh Muhammad Istiqlal

Partai Demokrat bisa dibilang sedang di atas angin. Lima tahun lalu partai ini baru saja di kenal namun sudah menembus lima besar pada Pemilu 2004. Saat ini banyak musuh bebuyutan partai Demokrat yang mencoba peruntungannya pada Pemilu 2009 yang sebentar lagi akan digelar untukl pilpresnya. Partai politik mempunyai fungsi utama yaitu memberikan pembelajaran politik kepada masyarakat, tentu saja pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan pondasi Negara kita dan selalu mengacu pada sistem demokrasi yang kita anut. Namun kenyataannya tidak semua partai melakukan hal itu, banyak sekali partai politik yang mencoba menarik simpati masyarakat dengan menjatuhkan image pesaingnya. Tentu hal ini secara teori tidak dibenarkan karena bertentangan dengan tujuan utama dari pemilu itu sendiri. Bahasa politik atau bahasa kampanye yang digunakan oleh berbagai parpol bisa beragam, namun pada umumnya bahasa kampanye ini adalah bahasa yang ringan namun penuh makna dan tentu saja harus mudah diingat karena bahasa ini yang menjadi senjata politik yang paling pamungkas baik untuk menjatuhkan lawan maupun membentuk citra diri (parpol) mejadi lebih dikenal masyarakat. Bahasa kampanye yang sudah digunakan oleh sebuah parpol seolah-olah hanya menjadi milik parpol itu sendiri.
Setiap partai politik pasti memiliki jargon politik tersendiri, dan itu seolah-olah menjadi hak milik yang haram apabila digunakan oleh partai politik lain, seperti “Lebih Cepat Leboh baik” yang disusng Jusuf Kalla dan Partai Golkar dan “Lanjutkan” yang diusung SBY dan Partai Demokrat.
Dalam pemilihan jargon politik ternyata SBY dan partai Demokrat lebih simple dari pada partai politik lain.
Mantap, Simple dan Penuh Makna begitulah gambaran jargon politik yang diusung SBY tersebut. Dan satu hal yang paling urgen dari sifat kata-kata tsb adalah mudah diingat. Dari situlah SBY mencoba menggambarkan keadaan pemerintahan yang sudah baik..
Lanjutkan. Kata-kata ini yang selalu digembar-gemborkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama partai politiknya Partai Demokrat dalam setiap iklan politik di televise-televisi berskala nasional. Bahkan tidak jarang iklan-iklan politik yang memuat kata “Lanjutkan” terpampang begitu besar di pinggir-pinggir jalan. Entah seberapa besar nominal yang dikeluarkan SBY untuk memampangkan iklan tsb. Namun di luar itu semua tentu iklan politik seperti itu memiliki sebuah pesan untuk masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung bersifat persuasive dan antisipatif. Kata-kata politik yang diusung SBY sangatlah pendek namun sangat mengena dan dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat luas mulai dari tingkat pendidikan rendah sampai para intelektual dan professional.
Efek dari kata “lanjutkan” sejauh ini sangat bagus. Bahkan, karena kata “lanjutkan” ini jmunvcul gerakan pendukung SBY dengan nama Gerakan Lanjutkan SBY.
Namun tidak dapat diasumsikan bahwa interpretasi masyarakat terhadap kata “lanjutkan” adalah sama. Penggunaan kata-kata seolah SBY ingin menjawab semua kritik pedas yang ditujukan kepada dirinya beserta jajarannya di pemerintahan. Selain itu SBY berusaha mencitrakan dirinya sebagai sosok presiden yang cukup memiliki kontribusi .
SBY sendiri dalam berbagai kesempatan juga memberikan pemaknaan tersendiri terhadap kata “Lanjutkan”. Makna yang sebenarnya dari kata lanjutkan yaitu SBY dan PD sebenarnya ingin menyampaikan bahwa pemerintah saat ini sudah melakukan kemajuan dalam bidang pembangunan dan pemerintah saat ini sudah mencapai titik kestabilan, sehingga diaharapkan keberhasilan pembangunan dan stabilitas nasional yang saat ini sudah dicapai bisa dilanjutkan pada periode selanjutnya dengan presiden yang sama pula. Keinginan SBY dan PD ini ternyata juga diamini oleh masyarakat, berdasarkan survey yang dilakukan, masyarakat ternyata lebih menginginkan stabilitas dan kinerja pemerintah yang dipimpin SBY memang sedikit banyak diidentikkan pula dengan PD. Sehingga tak jarang iklan politik yang mengusung kata “Lanjutkan” dihadirkan tanpa adanya SBY. Itulah untungnya punya pimpinan yang masih menjabat sebagai penguasa.
Tentu saja figur sang Ketua Dewan Pembina yang saat ini menjabat sebagai Presiden RI dalam iklan memperkuat citra partai ini sebagai partai penguasa (ruler party). Tapi sayangnya, di masyarakat citra yang terbangun justru partai ini seolah partai berkuasa (ruling party). Padahal, dalam sistem presidensial seperti kita anut, tidak ada partai yang jadi berkuasa. Klaim sebagai partai pemerintah dalam beberapa hal berimplikasi negatif. Karena jelas ada partai lain yang juga jadi penyokong pemerintah SBY pada Pemilu 2004, yaitu Partai Golkar, PKS, dan Partai Bulan Bintang. Dan jelas, keberhasilan pembangunan yang diklaim PD bukanlah kerja partai ini sendirian. Akibatnya, Partai Golkar misalnya membantah klaim PD ini melalui pernyataan pers maupun iklan tandingan. Ini sebenarnya kontra-produktif.
Sebenarnya bahasa politik yang digunakan saat ini bisa dimaknai dengan dua hal, yang pertama bahsa politik bisa digunakan sebagai alat untuk mencitrakan diri dan yang kedua sebagai alat untuk menampik kritikan pedas padanya. Sedikit banyak bahasa politik tersebut memegang peranan penting dalam menarik simpati masyarakat. Hampir bisa dipastikan bahwa seluruh capres dan partai politik sudah tidak sabar untuk mengetahui hasil dari iklan politik tersebut kita tunggu hasil pilpres bulan juni mendatang.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com